Minggu, 23 November 2008

Balada Selembar Keset


Nasib apa yang lebih apes dibanding selembar keset? Suratan Takdir membuatnya selalu diinjak-injak, merelakan dirinya ditempeli aneka macam kotoran dari setiap kaki, sepatu, serta sandal siapa saja yang melalui dan singgahinya, tapa pandang bulu…. Sungguh Hina Dina Mariana… J Gak heran jika keset selalu dijadikan perlambang ketertindasan, ketidakberdayaan, dan kepasrahan pada nasib…

Ah.. itu kan cara pandang yang negatif. Harusnya dilihat dari sudut pandang yang lain juga dong…. Apa jadinya sebuah ruangan tanpa keset? Keset adalah lambang budaya dan peradaban… Sehebat itu? Ya, karena hanya masyarakat yang berbudaya dan beradab saja yang butuh keset untuk menjaga agar kebersihan ruang tempat mereka berada tetap terjaga. Clear khan? Lantas, kenapa selembar keset harus selalu tampil muram dan apa adanya?

Di rumah Risang, keset tampil cantik dan sangat eksotis… tidak hanya “tertindas” sebagai penampung kotoran, tapi juga punya tugas bergengsi mempercantik dan meyemarakkan suasana ruangan anda…

Tidak ada komentar: